1. Sejarah
Singkat Ibadah Impresif
Ibadah
impresif sering digunakan dalam ibadah GKI, ibadah empresif diambil dari kata
impresi. Menurut Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia (Nurhasanah, 2007: 257)
impresi memiliki arti memunculkan kesan kerahmatanNya atau pengaruh yang dalam terhadap
pikiran atau perasaan. Ibadah impresif dimaksudkan agar suatu peribadatan
memiliki efek atau pengaruh yang dalam terhadap pikiran atau perasaan jemaat
yang datang, sehingga jemaat yang mengikuti peribadatan impresif ini diharapkan
dapat lebih menghayati dan memaknai lagu-lagu yang ada pada peribadatan
impresif ini guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan. Ibadah
impresif sudah ada sejak 30 November 2003.
Ibadah
impresif dibentuk bertujuan menyesuaikan kebutuhan jemaat untuk beribadah
sesuai dengan "selera" jemaatnya. Penyesuaian kebutuhan jemaat ini
dimaksudkan agar melalui ibadah impresif jemaat dapat menghayati persekutuan
dengan Allah dan sesama. Ibadah impresif ini dilaksanakan pada hari minggu sore
yang bertepatan dimana orang sedang melakukan aktivitas yang padat, diantaranya
kumpul dengan keluarga, jalan-jalan, atau sekedar untuk beristirahat melepas
lelah diakhir pekan.
2. Bentuk
Musik Iringan Ibadah Impresif
Musik
ibadah impresif ini memiliki jenis penyajian musik dengan iringan yang berbeda
dengan jenis penyajian peribadatan yang lainnya. Dalam musik peribadatan
impresif, jenis iringannya berupa ansambel musik yang tidak lain merupakan
gabungan instrumen string dan wood wind dalam jumlah yang kecil.
3. Unsur-Unsur
Musik Ibadah Impresif
Dalam musik ibadah
impresif, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar lagu yang dibawakan
dapat mengungkapkan atau mewakili makna dari lagu tersebut. Unsur-unsur yang
terdapat pada suatu Musik iringan ibadah impresif adalah : Tempo, Irama, Jenis
suara, Nada, Ritme, Melodi, Harmoni
4. Mengiringi
Umat Bernyanyi pada Ibadah Impresif
a. Jenis
Nyanyian dalam Liturgi GKI
Dalam sebuah peribadatan
di GKI, ada dua jenis nyanyian peribadatan, nyanyian tersebut adalah nyanyian
Ordinarium dan nyanyian Proporium (Leonara, 2013: 8). Kedua jenis nyanyian
tersebut terdapat perbedaan yang menonjol pada syair lagunya. Adapun pengertian
kedua jenis nyanyian tersebut sebagi berikut :
1) Nyanyian
Ordinarium
Sebuah nyanyian peribadatan
dimana liriknya bersifat tetap. Nyanyian bersyair tetap terdiri dari Amin, Haleluya/Hosiana/Maranatha,
Sanctus Benedictus (sebuah liturgi perjamuan kudus), dan Doxology (Leonara,
2013 : 2-3).
2) Nyanyian
Proporium
Nyanyian untuk lagu misa
yang khusus untuk hari tertentu (Prier, 2009: 170). Nyanyian ini terdiri dari:
a) Nyanyian Prosesi, nyanyian
yang memiliki fungsi khusus yaitu mengajak umat untuk memasuki ibadah.
b) Nyanyian Pembuka, nyanyian
yang dinyanyikan untuk mengawali ibadah tapi secara khusus juga untuk
menyatakan/ mendukung tema liturgi pada hari minggu tersebut.
c) Nyanyian Pengakuan
Dosa, untuk menyatakan pengakuan umat akan dosanya dan menyatakan penyesalan
umat akan dosanya.
d) Nyanyian Persembahan, memiliki
tema pengucapan syukur jemaat yang dinyanyikan pada saat persembahan
dikumpulkan.
e) Nyanyian Pengutusan, bersifat
mengutus umat untuk kembali dan bersaksi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bentuk
dan Struktur Lagu
Bentuk lagu yang yang
dipakai dalam peribadatan terdiri dari beberapa struktur yaitu Intro,
Interledium, Preludium, dan Postludium (Tanudjaja, 2012: 50). Secara rinci
1) Intro
Dalam kamus musik Intro
adalah istilah untuk bagian awalan karya musik (Prier, 2009: 74). Dalam
peribadatan impresif intro berfungsi untuk memperkenalkan lagu, tinggi nada,
tempo dan karakter lagu supaya umat dapat menyanyikan lagu tersebut dengan
tinggi nada dan tempo yang sama. Intro juga berfungsi sebagai penanda kapan
umat akan mulaiuntuk bernyanyi.
2) Interludium
Menurut Prier (2009: 72)
interludium adalah ”permainan antara” atau selingan instrumenal. Dalam musik
iringan ibadah, interludium berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara bait yang satu dengan bait yang yang lainnya. (Tanudjaja, 2012: 50)
3) Preludium
Preludium berasal dari
bahasa latin yaitu praeluder yang berarti main duluan (Prier, 2009: 168).
Praeludium adalah istilah untuk jenis pembukaan instrumenal oleh
organ/cembalo/lute dalam satu bagian dan bergaya bebas. Tujuan preludium adalah
menghantarkan umat mempersiapkan diri beribadah dengan doa saat teduh
(Tanudjaja, 2012: 51).
4) Postludium
Postludium berasal dari
bahasa latin yaitu postlude yang berarti permainan akhir (Prier, 2009: 168).
Postludium disebut juga sebagai “naspel” lawan dari kata praeludium. Dalam
musik iringan ibadah impresif, postludium ini betujuan sebagai penanda akhir
nyanyian jemaat dan penanda selesainya peribadatan.
Dalam musik iringan
ibadah impresif, struktur lagu yang terdapat pada kebaktian impresif hanya
terdiri dari tiga struktur, yaitu intro, tema I, interlude, tema II dan coda.
Struktur lagu dalam kebaktian impresif ini, secara garis besar sama dengan yang
telah dijelaskan tersebut, hanya terdapat perbedaan dalam pemakaian istilahnya
saja. Intro dalam susunan mengiringi pelaksanaan ibadah impresif memiliki
istilah yang sama yaitu intro.
Interledium dalam susunan
mengiringi ibadah impresif disebut interlude. Interlude dalam peribadatan
impresif berfungsi untuk menghubungkan antara tema satu dengan tema kedua.
Sedangkan postludium dalam ibadah impresif disebut dengan coda atau bagian penutup
sebuah lagu. ada beberapa pengaruh penting yang menjadi penentu suatu suasana
beribadatan, pengaruh tersebut antara lain :
1) Musik menjadi salah
satu mata rantai liturgi. Artinya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan rangkaian ibadat. Ibadat akan terganggu apabilamusik/nyanyian
berjalan tidak sebagaimana mestinya.
2) Memberi
bobot/mempertajam, pengungkapan makna iman dan perasaan yang tak cukup bila
hanya diungkapkan dengan kata-kata, sehingga kegiatan ibadat tidak jatuh pada
ruang akal-perasaan semata, tetapi memasuki kedalaman (depth) spiritual.
Melalui puji pujian ruang spiritual penghayatan dan kesadaran tentang kebesaran,
kuasa dan kasih Tuhan orang-orang percaya menjadi diperkaya.
3) Memberi kesempurnaan
penghayatan ibadat melalui keutuhan, kekhidmatan dan kesucian ibadat. Nyanyian-
nyanyian bisa membantu tersentuhnya batin jemaat.
4) Dalam ibadat tidak ada
pihak yang menjadi penonton, dan lainnya sebagai tontonan. Sebab pada
hakekatnya musik dalam ibadat berfungsi melayani (Tim GKI Samahudin, 2013).