Filsafat tiongkok dapat dikatakan hidup didalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan dari sejak pendidikan dasar( anak) sampai pendidikan tinggi. Terdapat empat buah buku yang dianggap sebagai kitab suci rakyat Tingkok, yaitu:
1.
Analecta Confucius; dipelopori oleh Kung Fu Tzu (551-479 SM),
lahir di Shantung. Riwayat hidupnya dapat cliketahui lewat penuturan sebuah
buku Lun-Yu (pembicaraan).
2.
Karangan-karangan Mencius;
3.
Ilmu Tinggi ( The Great Learning);
4.
Ajaran Tentan Jalan Tengah (Doctrine of
the Mean).
Menurut Fung Yu
Lan,seorang ahli sejarah Tiongkok, di Tiongkok terdapat tiga agama:
1.
Confucianisme, Confucianisme adalah suatu
pandangan hidup yang menitikberatkan pada organisasi social dan menekankan
kepada tanggung jawab terhadap masyarakat
2.
Toisme, Toisme
adalah pandangan hidup yang menitikberatkan pada hal-hal yang sifatnya
naturalistic yang berada dalam diri manusia.
3.
Buddhisme.
Menurut
rakyat Tiongkok,fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk
mempertinggi tingkat rohani. Artinya, rohani manusia diharapkan dapat
menjunjung tinggi untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi daripada
nilai-nilai moral. Menurut Mencius, “orang bijaksana adalah sebagai puncak
hubungan antarmanusia.
Dari sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling sempurna di dalam suatu masyarakat. Menurut kebiasaan masyarakat Tiongkok kewajiban ( bukan hak) memungkinkan manusia untuk memperoleh watak yang digambarkan sebagai orang arif bijaksana. Mempelajari filsafat agar orang dapat berkembang menjadi “manusia” supaya tidak menjadi “orang macam tertentu”. Artinya, apabila orang mempelajari “bukan filsafat” memungkinkan orang untuk berkembang menjadi orang macam tertentu.
Sentuhan dengan Filsafat
Barat
Orang
Barat menamakan Tiongkok sebagai negeri Timur Jauh.Sebaliknya orang Tiongkok
menganggap kebudayaan lain adalah salah atau tidak setinggi dengan kebudayaan
yang dimilikinya. Semua orang asing disebutnya orang Barbar sehingga
menimbulkan rasa nasionalismenya sangat tinggi.
1.
Pada akhir Dinasti Ming (abad ke-14),
banyak pelajar Tiongkok yang mengagumi matematika dan astronomi
2.
Pada abad ke-19, karena keunggulan
militer, industri, dan perdagangan barat,
3.
Pada abad ke-20 perkembangan kaum Kristen
semakin pesat karena didorong oleh masuknya ilmu pengetahuan modem.
Yen
Fu (1853 -1920)
1.
Yen Fu (1853 – 1920) oleh penguasa
Tiongkok dikirim untuk belajar ilmu perkapalan ke Inggris.
2.
Pada tahun 1919 John Dewey dan Bertrand
Russell diundang ke Tiongkok untuk memberikan ceramahnya di Universitas Peking
(Beijing), sekaligus memberikan pandangan intelektualnya. Hal ini diharapkan
dapat disumbangkan (sebagai sumbangan barat) terhadap pemikiran filsafat
Tiongkok. Sumbangan tersebut berupa metode analisis yang berclasarkan logika
Aliran-aliran
Pemikiran Filsafat di Tiongkok
Di
Tiongkok terdapat dua aliran yang mendominasi pemikiran rakyatnya, yaitu
Confusianisme clan Taoisme.
1.
Confusianisme
Confusianisme
dipelopori oleh Kung Fu Tzu (551-479 SM), lahir di Shantung. Riwayat hidupnya
dapat cliketahui lewat penuturan sebuah buku Lun-Yu (pembicaraan). Ia keturunan
bangsawan miskin.
Pemikirannya,
suatu hal yang dipentingkan oleh Kung Fu Tze adalah ritual dan harus menguasai
aspek keagamaan dan sosial. la mengatakan, bahwa hendaknya raja tetap raja,
hamba tetap hamba, ayah tetap ayah, anak tetap anak. Apabila sikap setiap orang
sesuai dengan, statusnya, maka akan labir kesadaran akan “hak dan kewajiban”.
Sistem kekerabatan harus didasarkan pada syian, yaitu suatu perasaan
keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya. Aspek inilah yang
menjadikan budaya Tiongkok tetap terwariskan.
2.
Taoisme
Pendiri
Taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 SM. Riwayat hidupnya hanya sedikit saja
diketahui, tetapi ajarannya berpengaruh besar dalam masyarakat Tiongkok. Dalam
arti yang lugs, Tao berarti jalan yang dilalui kejadian-kejadian alam dengan
daya. cita yang timbul dengan sendirinya ditambah selingan-selingan yang
teratur. Misalnya, siang dan malam.
Semua
orang yang mengikuti Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan tertinggi adalah
meloloskan diri dari khayalan keinginan dengan renungan secara gaib.
Pemikirannya, orang hendaknya memberikan kasih sayangnya tidak hanya terbatas pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus kepada seluruh anggota keluarga yang lain. Peperangan dan upacara ritual dengan pengeluaran biaya tinggi yang akan merugikan rakyat merupakan suatu yang bertentangan dengan dasar kecintaan manusia sehingga harus dicela. Kalau kita sayang kepada orang lain, orang lain juga akan sayang kepada kita, dan kita tidak perlu takut akan kejahatan orang lain.