Kisah kita yang
TERHENTI
Pagi harinya aku terbangun karena alarm dikamarku, jam
sudah menunjukan pukul 6:00. Aku berjalan kekamar mandi, membersihkan diri,
berpakaian lalu turun keruang makan untuk berkumpul bersama mamah dan papah
yang sudah menunggu untuk sarapan.
“Tidurmu nyenyak sayang?” Tanya mamah padaku
“Mm..” aku menjawab dengan sumparan roti dalam
mulutku.
“Mah, pah, elja buru-buru hari ini ada janji dengan
klien” sembari berjalan mendekati mereka lalu mencium mereka
“Hati-hati sayang” papah mengingatkan.
Aku masuk ke mobil, lalu melunjur ke tujuan dimana
klien sudah menunggu. Kemudian aku mebuka handpone untuk memeriksa sudah jam
berapa sekarang. Ternyata ada sebuah notifikasi panggilan dan pesan dari nomor
tak dikenal, aku belum membukanya. Setelah melihat jam, aku fokus menyetir
Sesampainya ditempat tujuan rupanya klienku belum
datang,
“Syukurlah aku tiba lebih dulu”
Aku masuk kedalam dan mengambil tempat duduk, lalu
membuka ponselku. Aku terhenyak saat
membuka pesannya. Satu hal yang tak pernah kusangka ini pesan dari Ren!! Hah..
dia menghubungiku
“Ha ha...” suara tawa dari mulutku, tapi aku tak sungguh-sungguh
tertawa. Ini seperti rasa sakit yang berusaha ditutupi seperti orang sok tegar.
Sejenak aku terkejut, namun juga tetap stabil dalam logikaku.
“tidak apa-apa, ini sudah lama berlalu, dia hanya
menghubungiku sebagai teman lama, dan aku juga akan membalasnyasebagai teman
lama.” Aku menenangkan diriku lalu diam sejenak berfikir apa yang harus
kubalas...
Sejujurnya aku senang, setelah sekian lama aku
merindukannya.. aku yang tak bisa melupakannya. Tiba-tiba dia menghhubungiku,
tapi kedatangananya juga membawa rasa sakit. Hatiku perih tapi berusaha
menyusun akal sehatku.
Setelah lama memandang pesan itu, dan setelah
pengembaraan fikiranku yang kemana-mana, aku mulai mengetik pesan untuk
membalasnya.
“oh hy.. Ren, kabarku baik. Bagaimana denganmu?” aku
mengetik pesan berusaha membalasnya agar terlihat seperti teman biasa. Sebisa
mungkin tidak mau terlihat menyedihkan seperti dulu. Meksi kenyataannya masih
saja.
Setelah mengirim pesan itu aku berfokus pada
kenyataan, bahwa sat ini aku sedang menunggu klien. Apa-apaan ini , orang itu
terlambat. Kemudian terlihat dari jauh seorang wanita berlari tergesa-gesa, ya
itu adalah klien yang kutunggu-tungggu.
“nona Elja, saya Irene... maafkan keterlambatan saya,
saya tidak menyangka akan membuat nona menunggu” dia terlihat khawatir karena
membuatku menunggu..
“seharusnya anda lebih disiplin pada waktu, sekarang
mari kita fokus pada proyek yang akan dibahas.” Aku sedikit kesal, tapi itu
bukan masalah. “jadi nona Irene, saya telah melihat proposal yang anda
kirimkan, anda berniat bekerja sama
dengan perusahan kami untuk proyek ini, saya cukup terkesan dan ide anda cukup
cemerlang”
Kemudian obrolan berlanjut dengan pembahasan bisnis.
***
Dia sisi lain, Ren yang baru sadar dari tidurnya belum
menyadari bahwa ia menghubungi Elja tadi malam. Setelah menyiapkan diri dia pun
berangkat ketempat kerjanya.sesampainya ditempat kerja Ren mengecek handpone
dan melihat ada notif pesan baru dari Elja
Dug!! Dadanya terasa seperti tertekan sesuatu. Dia
membukanya dan membaca pesan Elja, barulah dia tersadar ternyata tadi malam dia
telah menghubunginya, dia bahkan menelponnya.
“apa-apaan, aku melakukan ini?”
Tapi Ren bersyukur melihat balasan Elja, dia
membalasnya selayaknya teman yang lama tidak ada kabar. Ya mungkin ini adalah
awal baru untuk menjalin pertemanan.
“Tak masalah, kami hanya teman” ren berkata pada
dirinya sambil tersenyum hangat. Lalu mngetik pesan balasan
“Syukurlah Elja,....” ia terhenti mengetik lalu
mengirim sebatas itu. Ingin saja Ren mengatakan bahwa dia merindukannya, tapi
dia menahan dirinya untuk tidak melibatkan perasaan pribadinya lagi.
“kali ini aku ingin menjalin pertemanan dengannya tanpa melibatkan perasaan, ya aku adalah temannya yang akan mendukungnya dalam pilihan dan upayanya” Ren tersenyum setelah mengatakan kalimat itu pada dirinya sediri.
***
Tak terasa hari ini hampir berakhir, semua orang telah
menyelesaikan jam kerjanya dan akan pulang, jam telah menunjukan pukul 16:30
(setengah lima sore). Saat tengah membereskan mejanya, telepon Ren berbunyi.
“kringg...!! kring...!!”
“ya Irene, ada apa?
Rupanya Irene adalah teman Ren,
“Renn!! Malam ini kau temani aku minum ya! Hahaha...”
terdengar suara irene yang begitu bersemangat
“baiklah, sepertinya telah terjadi hal baik padamu
hari ini” tersenyum mendengar Irene yang sepertinya tengah bahagia
Singkat cerita Ren dan Irene telah ada disebuah cafe,
Irene bercerita tentang dia yang akan segera kerjasama pada sebuah prusahaan
besar. Ya tidak lain iu adalah perusahaan Elja. Namun Ren sama sekali tidak
Tahu.. dan Irene pun tidak mengetahhui masa-lalu Elja dan Ren
Irena adalah putri dari teman baik orang tua Ren,
Irene wanita yang ceria dan bersemangat, sikapnya agak manja dan kekanakan,
tapi di balik itu dia adalah sosok yang pantang menyerah dalam menghadapi
hidupnya, sejak kuliah dulu Irene sangat mengagumi Ren. Namun Ren sejak dulu
menganggap Irene sebagai adiknya yang harus dijaga. Dan itu berlangsung sampai
saat ini.
“Ren, kau tau.. maneger wanita yang kutemui hari ini
sangat cantik, aku iri denang kecantikannya, dia terlihat sangat elegan baik
dalam bicaranya yang tegas maupun penampilannya, aahhh dia sosok sempurna,”
mata Irene bersinar saat membicarakan tentang Elja
“benarkan? Kau juga cantik, sesempurna apapun dia, dia
juga manusia biasa yang memiliki kekuranagn, kau hanya belum mengetahui
kekuranagnnya” Ren menyemangati Irene yang terlihat prustasi dengan penampilan
dirinya sendiri.
“ahh kau mengatakan itu karena kau belum bertemu dengannya,
jika kau melihatnya kau pasti akan jatuh hati. Oh tapi itu tidak boleh! Aku
harus lebih dulu merebut hatimu hahaha....”
Mendenagr itu Ren pun tertawa, ia tak pernah
mengagangap serius apa yang Irene katakan. Karena selama ini yang paling ia
cintai masih adalah Elja.
Ren pun membuka handponenya mengecek apakah ada pesan
balasan dari Elja, tapi rupanya pesannya belum dibaca. Dia menjadi gelisan
sejak mengirim pesan pada Elja, menanti-manti apakah ada pesan selanjutnya dari
Elja, seperti seorang anak kecil yang mengharapkan hadiah.
Singkatnya setelah Ren telah mengantar Irene pulang, kemudian dia pun telah berada dirumahnya...
***
“Elja kau masih belum pulang?” suara seorang lelaki
yang familiar itu adalah “Herley” Pacar Elja saat ini. Rupanya Herley
menghkawatirkan Elja yang sejak tadi pagi terlhat sangat sibuk. Bahkan masih
lembur saat karyawan lain sudah pulang.
“oh herley, aku baru akan berkemas pulang”
“baguslah, kalau begitu ayo pulang bersamaku”
“ya..” Elja tersenyum sambil membereskan mejanya
“kau pasti belum makan, kita mampir dulu untuk makan
malam ya..” ucap herley hangat
Herley memang seorang lelaki yang lembut dan baik,
tidak salah papah menjadikan dia sebagai calon suamiku, selain karena latar
belakang keluarga Herley yang sangat berpengaruh untuk memperkuat perusahaan
papah. Tapi kebaikan Herley itu terasa berat untuk kuterima, hatiku yang masih
menciintai Ren. Tapi ketulusan lelaki ini membuatku tak tega untuk menolak.
Sebenarnya sejauh ini aku menganggap Ren hanya sejauh
sahabat terdekatku, teman yang selalu menghibur saat aku tengah rapuh, tak
pernah tepikir bagiku untuk hidup sebagai suami istri denagn pria ini kelak.
Namun aku berfikir jika Herley adalah orang baik maka
aku dapat menerimanya meski aku tak mencintainya, tapi justru itu mungkin akan
menyakitinya jika bersma orang yang tak mencintainya.
“aku khawatir kau tak membaca pesanku, Elja” Herley
membuka pembicaraan sambil menunggu pesanan mereka tiba dimeja.
“ah iya, aku terlalu sibuk hari ini. Banyak hal yang
harus dibereskan karena deadline”
“meski begitu kau harus memikirkan kesehatanmu, Elja”
“tentu, terimakasih Herley. Baiklah mari kita makan”
Selesai makan herley mengantarku kerumah, Sesampainya
dirumah aku masuk kamar, membersihkan diri dikamar mandi, lalu merebahkan diri
diatas kasur.
“aahhhhh.... hari ini sungguh melelahkan!”
Aku menoleh kesebuah kotak musik diatas meja kecil
samping ranjang, itu adalah hadiah dari Ren. Aku meraihnya lalu membukanya.
Sebuah melodi nostalgia yang menggambarkan perasaan
cinta kasih sebuah pasangan bahagian, melodi nostal dia yang penuh keindahan
tapi juga terdengar begitu pilu mengungat hubunganku yang kandas.
Aku membuka handponeku dan disana terlihat beberapa
pesan dari Herley yang belum kubaca semenjak pagi tadi. Kemudian
“ting..!!” sebuah pesan baru muncul dari Heley
“selamat beristirahat Elja”
“terimakasih Herley, kau juga” balas elja
Kemudian aku melihat satu persatu pesan yang masuk,
aku bangkit terduduk dari tempat tidur. Itu pesan dari Ren!!
“Sudah tidur?” tanya Ren
Dadaku kebang kempis menahan luapan perasaan dalam
hati. Aku membuakanya dan terlihat ada pesan dari Ren membalas pesannya
sebelumnya.
“syukurlah katanya? Ahaha.. kalau kukatakan aku tidak
baik-baik saja bagaimana kamu akan menanggapinya Ren?”
Tapi kemudian aku mengetik pesan untuk membalas pesan
Ren
“Belum, aku sedikit kesulitan tidur”
“sudah minum teh hangat? Itu akan membuatmu lebih
baikkan”
Aku terhenyak, ren mengingat kebiasaannya. kebiasaanku
yang harus minum teh hangat terlebih dulu sebelum tidur
“aku baru saja akan menyeduhnya, oh aku tak menyangka
kau mengingtnya Ren” tulisku
Kemudian dia merasa malu, mengapa dengan percaya
dirinya aku mengatakan itu. bisa saja bukan itu maksudnyakan.
“ya aku masih mengingatnya.”
Aku terdiam saat membacanya, apa-apaan ini mengapa dia
mengiyakannya, apakarena tidak ingin aku malu karena kepercayaan diriku. Ha
ha..
Ren andai kau tahu bagaimana aku menderita
merindukanmu, hiks.. hiks... bahkan tangisan ini.. andai kau tau betapa aku
ingin berteriak dihadapanmu, kau menyedihkan bagaimana bisa meninggalkan aku
begitu saja, lalu datang seolah kita sebagai teman lama seperti ni??!!!
Hikss.... aku yang terus berpura pura bahagia dalam dunia yang tak aku
inginkan. Sementara kau pergi membawa seluruh hati yang kuberikan padamu..
Hahahaha.... baik karena kau sudah datang padaku, akan
ku buat kamu merasakan bagaimana rasanya dicintai lalu ditinggal saat
sayang-sayangnya.
Tawa dalam tangisan ini sungguh sebuah kebohongan. Aku tak bisa mengeti.
(Bersambung........)
Penulis : Erina Kristiani😉
Semangat ditunggu cerita selanjutnya
BalasHapus